Membangun hubungan bisa jadi merupakan tugas utama dalam hidup manusia, baik hubungan dengan Tuhan, dengan sesama, maupun dengan alam dan lingkungannya. Namun uniknya, membangun hubungan seringkali dikeluhkan menjadi hal tersulit dalam hidup manusia. Tidak heran mengapa data perceraian terus meningkat dari tahun ke tahun. Badan Urusan Pengadilan Agama, Mahkamah Agung, mencatat persentase kenaikan angka perceraian mencapai 70% dari tahun 2005 hingga 2010 (sumber). Ironisnya, penyebab utama perceraian ialah karena ketidakharmonisan dengan pasangan.
PERBEDAAN MEMBUAT BERCERAI SESUATU YANG “SAMA”
Mengapa dikatakan ironis? Ketidakharmonisan pasangan menunjukkan ada konflik dalam hubungan itu. Konflik menunjukkan ada perbedaan pendapat, pandangan, selera, atau apapun. Padahal, faktor utama suatu hubungan dapat terjalin ialah karena adanya persamaan (bukan perbedaan) (Myers, 2008). Persamaan menyebabkan terjadinya kedekatan (walaupun dalam beberapa kasus juga bisa ditemukan kedekatan yang mendahului persamaan). Namun pada intinya, suatu hubungan diawali dengan adanya (bahkan banyaknya) kesamaan antara dua pihak. Tidak percaya?
Coba pikirkan apa yang menyebabkan Anda dengan pasangan atau sahabat Anda dapat berhubungan dekat? Mereka yang saling mengenal di kelas, misalnya, pasti punya kesamaan minat sehingga bisa sekelas dan akhirnya menjadi dekat. Mereka yang mengenal di mall, pasti punya kesamaan hobi. Bahkan mereka yang dijodohkan, pasti memiliki kesamaan: kurang mau mendekati orang lain terlebih dahulu, merasa jodoh akan datang ‘nanti’ sehingga tetap menunggu, atau apapun kesamaannya. Kesamaan bisa dikatakan sebagai lem perekat yang sangat penting untuk dipelihara agar suatu hubungan bisa terbentuk dan tetap terjalin. Ketika seseorang sudah berhubungan lebih dekat, kesamaan visi dan cara pandang terhadap kehidupan menjadi penting demi mempertahankan hubungan itu. Namun faktanya ialah: setelah hubungan terbentuk, justru perbedaan yang lebih sering muncul daripada persamaan, sehingga konflik pun tidak terhindarkan.
PENTINGKAH PERBEDAAN DALAM HUBUNGAN?
Perbedaan ditenggarai menjadi sebab utama retaknya suatu hubungan. Alih-alih langsung menjustifikasi pernyataan tersebut, sebetulnya sangat penting untuk kita kritisi terlebih dahulu kebenarannya. Faktanya, jika Anda merasa diri semakin berbeda dengan pasangan Anda, sebenarnya Anda telah mengenal semakin dalam pasangan Anda. Percayalah, tidak ada orang di dunia ini yang memiliki kesamaan 100% dengan Anda, termasuk Saudara kembar Anda. Persamaan memungkinkan Anda mengenal lebih dalam satu dengan lainnya. Mengapa? Sederhana saja, dengan kesamaan, Anda memiliki topik untuk sharing, dapat terlibat dalam waktu yang dihabiskan dengan kegiatan yang sama-sama disukai, dan dapat merencanakan sesuatu yang sama-sama senangi. Ketika muncul kesamaan dan kedekatan, rasa suka dan cinta mulai timbul. Pada tahap awal, rasa cinta memungkinkan seseorang untuk berfokus pada kesamaan yang dimiliki dengan pasangannya, sehingga mengabaikan sesuatu yang berbeda. Inilah sebabnya pada masa awal seseorang jatuh cinta, ia sering merasa ia ditakdirkan untuk hidup bersama karena benar-benar mengerti, memahami, dan memiliki kesamaan dalam hampir segala hal.
Namun kemudian, perbedaan mulai terlihat. Salah satunya bisa jadi karena rasa cinta seringkali ambigu dalam mencintai, sehingga cintanya menjadi egosentris: berpusat pada pemuasan kebutuhan diri dan bukan pasangan. Ketika mulai berfokus pada diri sendiri, kita mulai menuntut pasangan melakukan sesuatu untuk memuaskan kita, dan berpikir bahwa: “dia sungguh sangat berbeda!” “Jika saya jadi dia, tentu saya akan sangat tahu bagaimana memperlakukan diri saya dengan baik!” “Kita berdua memang sangat berbeda!” Perbedaan juga pasti muncul betapapun miripnya kita dengan pasangan kita.
Perilaku menuntut juga sebenarnya merupakan indikasi bahwa Anda mempersepsikan pasangan Anda lebih dekat daripada orang lain di sekitar Anda. Ketika belum berhubungan dekat dengan pasangan, tentu Anda tidak akan mengomentari hal-hal yang kurang sesuai dengan prinsip hidup Anda. Ketika belum berpacaran atau menikah, bersendawa sehabis makan mungkin tidak membuat Anda risih. Namun beberapa tahun berhubungan, Anda bahkan menghabiskan waktu dua hari karena bertengkar hebat setelah pasangan Anda tidak terima kritikan Anda karena bersendawa sehabis makan.
Berita baiknya, detik ketika perbedaan mulai terpikirkan oleh Anda adalah detik ketika Anda berjalan lebih dalam dalam hubungan Anda. Namun berita buruknya, tidak banyak orang yang dapat mengatasi dan mengkomunikasikan perbedaan secara efektif, mengakibatkan angka perceraian yang melambung drastis.
PERBEDAAN PASTI, MENGHADAPI PERBEDAAN PENTING
Jadi ketika Anda telah menemukan perbedaan dengan pasangan Anda, berarti Anda sudah selangkah lebih maju; dan ketika Anda berusaha untuk menggunakan cara yang tepat dalam menghadapi perbedaan, Anda memutuskan untuk dua langkah lebih maju.
Perbedaan pasti ditemukan; oleh sebab itu yang penting bukanlah suatu hubungan atas dasar kesamaan 100%, melainkan cara yang tepat dalam menghadapi perbedaan. Cara yang tepat dalam mengatasi perbedaan muncul dari pandangan yang tepat dalam melihat perbedaan.
PANDANGAN 1: Perbedaan perlu disatukan agar kesamaan tetap terbina. Ketika muncul perbedaan pandangan, visi, atau cara hidup, sangat diperlukan diskusi untuk menyamakan perbedaan tersebut. Menyamakan perbedaan tidak selalu berarti akan mengikuti pendapat Anda saja, atau pasangan Anda saja. Kadangkala merumuskan suatu cara pandang yang baru dan berbeda dari pandangan Anda dan pasangan Anda dapat menjadi lebih efektif. Kunci terpenting dalam mengatasi perbedaan adalah: dikomunikasikan dengan kasih dan kesediaan untuk mendengar. Perbedaan ada bukan untuk membuat Anda saling menyerang, tetapi justru membuat hubungan Anda semakin erat seiring dengan penyamaan perbedaan itu. Perbedaan hanyalah “kondisi” sebelum hal itu menjadi sama. Anda tentu tidak akan membuang beras semata-mata karena Anda hanya mau memakan nasi, karena Anda tahu betul, setelah dimasak beras akan menjadi nasi. Prinsip yang sama pun berlaku: setelah didiskusikan, pasti akan ada jalan keluar di mana timbul kesamaan pendapat atas perbedaan yang Anda – tentu saja hal ini harus terjadi sebelum nasi menjadi bubur.
PANDANGAN 2: Ada beberapa perbedaan yang perlu dibiarkan berbeda, selama tidak saling mengubah arah perjalanan hubungan Anda. Dunia akan sangat membosankan ketika hanya ada satu warna. Terkadang, perbedaan memberikan warna yang mencerahkan kehidupan. Filter ini mungkin bisa menjadi pertimbangan yang baik dalam menentukan apakah perbedaan ini perlu disamakan atau dibiarkan: “Apakah perbedaan itu cukup menghambat Anda dan pasangan dalam mencapai tujuan hidup bersama?”, “Apakah perbedaan itu perlu disamakan demi kepentingan bersama atau hanya untuk kepuasan Anda?” Hanya karena pasangan Anda terbiasa untuk bekerja sedikit demi sedikit sedangkan Anda terbiasa untuk mengerjakan dengan segera sampai habis seharusnya tidak cukup layak untuk menghancurkan hubungan Anda, sepanjang hal tersebut tidak mengganggu usaha Anda mencapai tujuan hidup bersama, bukan? Tidak selamanya “dua menjadi satu” berarti yang berbeda sepenuhnya menjadi sama. Pelangi menjadi indah ketika seluruh warna tersebut menjadi satu tanpa kehilangan warnanya masing-masing.
Persamaan karakter, pandangan, cara hidup dapat mempererat hubungan Anda. Namun perbedaan tidak selalu merusak hubungan. Cara yang tepat dalam menghadapi perbedaan menjadi penentu bertahan atau runtuhnya suatu hubungan. Ketika hubungan dibangun atas dasar cinta kepada pasangan, tentu tidak ada perbedaan yang cukup besar untuk merusaknya. Sebaliknya, ketika hubungan dibangun atas dasar cinta yang egosentris, tidak ada perbedaan yang cukup sepele untuk tidak merusaknya.
“The meeting of two personalities is like the contact of two chemical substances: if there is any reaction, both are transformed.” ― C.G. Jung
Comments