top of page
  • ELF_admin

New Year Resolution: Deja Vu?

Updated: Mar 17, 2020


New Year Resolution - ELF

Akhir tahun adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Selain waktunya libur dari berbagai aktivitas, akhir tahun memiliki makna yang berbeda-beda pada masing-masing orang. Ada yang menjadikan akhir tahun sebagai waktunya melakukan refleksi atas berbagai peristiwa yang sudah terjadi di tahun itu, ada pula yang menjadikannya sebagai waktu berkumpul dengan keluarga dan kerabat dekat yang mungkin tidak bisa terjadi di waktu lain karena kesibukan masing-masing.


Momen pergantian tahun memang menjadi waktu yang tepat untuk ‘diperingati’. Terlepas  dari suasana meriah, kembang api yang indah, dan pesta sale di mana-mana, pergantian tahun menjadi waktu yang tepat bagi seseorang untuk mengevaluasi apa yang terjadi selama tahun yang sudah berjalan, sekaligus membuat suatu resolusi untuk melangkah di tahun yang baru.


Memasuki awal tahun, sebagian besar orang seolah memiliki harapan baru. Dengan antusiasme yang tinggi, mereka mulai menetapkan target yang ingin dicapai. Dikutip dari situs www.about.com, ada 10 resolusi awal tahun yang paling banyak orang harapkan:

  1. Menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga

  2. Membentuk otot dan membugarkan tubuh

  3. Menurunkan berat badan

  4. Berhenti merokok

  5. Menikmati hidup lebih lagi

  6. Berhenti mabuk-mabukan

  7. Lepas dari hutang

  8. Mempelajari hal-hal baru

  9. Membantu orang lain

  10. Lebih teratur dalam hidup

Uniknya, resolusi awal tahun sebagian orang cenderung sama dari tahun ke tahun. Anda mungkin pernah memiliki satu atau lebih dari resolusi di atas sebagai resolusi awal tahun Anda – dan memiliki resolusi itu di tahun-tahun berikutnya. Akhirnya, resolusi awal tahun tidak lebih daripada sekedar fenomena deja vu. Jika ini terjadi berulang-ulang, bisa diprediksi, akan ada masanya dimana orang tersebut akan menjadi skeptis dan berhenti memikirkan resolusi untuk tahun yang baru – yang sebenarnya diperlukan bagi orang itu untuk tetap berkembang.


Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini dalam membuat resolusi awal tahun:

  1. KONKRIT. Resolusi awal tahun akan lebih mudah direalisasikan jika resolusi itu konkrit, mudah dipahami, dan jelas maknanya. Contohnya, “mempelajari hal-hal baru” mungkin lebih sulit untuk direalisasikan daripada “mengikuti kursus X hingga tuntas”; atau daripada berkata “menurunkan berat badan”, lebih baik “menurunkan 10 kg berat badan”. 

  2. TERJANGKAU. Ada yang bilang bahwa jika target yang ditetapkan mudah dijangkau, maka orang itu akan sulit berkembang lebih lagi. Pendapat ini ada benarnya, tetapi juga ada salahnya. Target yang terlampau tinggi justru malah membuat seseorang depresi, putus harapan, karena ia tidak pernah bisa mencapainya. Jadi, bagi seorang karyawan yang sudah berkeluarga, pasangan tidak bekerja, dan berpenghasilan 5 juta per bulan, resolusi “memiliki tabungan 15 juta di akhir tahun” akan lebih realistis daripada “memiliki tabungan 30 juta”.

  3. TARGET YANG TEPAT. Target dari menetapkan target dan resolusi awal tahun perlu dibuat bukan untuk mengalahkan orang lain, tetapi untuk mengembangkan diri. Dengan demikian, komitmen yang dibangun untuk menyusun resolusi awal tahun didasari dengan suatu dorongan yang positif untuk mengembangkan diri, bukan dilakukan dalam atmosfir kompetitif.


Selain ketiga hal di atas, resolusi yang dibuat juga perlu diarahkan agar dapat semakin mendekatkan diri pada tujuan yang ingin dicapai dalam hidup. Dengan demikian, resolusi dapat menjadi ‘checkpoint’ dari perjalanan hidup hingga kepada titik akhir.

Selamat merenung dan menemukan resolusi yang tepat untuk tahun 2015 mendatang!

“Year’s end is neither an end nor a beginning but a going on, with all the wisdom that experience can instill in us.”

– Hal Borland

5 views0 comments
bottom of page