Tidak dapat dipungkiri bahwa orangtua adalah penentu terbesar kehidupan anak di masa mendatang. Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi pada setiap pribadi di masa dewasa diakibatkan oleh pola asuh yang salah dari orangtua. Sampai hari ini, masih banyak orangtua yang sebenarnya dapat dikatakan belum ‘siap’ menjadi ‘orangtua’.
Menjadi orangtua berarti bertanggung jawab atas kehidupan manusia lain yang Tuhan titipkan kepadanya. Selain mengurus diri sendiri, ada kewajiban besar untuk mengurusi (memelihara, merawat, membesarkan, mengajari, dll) orang lain; yaitu anak. Bagaimana mungkin seorang ayah atau ibu yang masih belum matang dalam mengurus diri sendiri mampu mengurusi orang lain? Mengurus diri sendiri diawali dengan mengenal akan diri sendiri secara utuh. Setelah mengenal diri secara utuh, kemudian tahu akan kebutuhan-kebutuhan dalam diri, memiliki sikap hidup yang konsisten antara pikiran dan perbuatan, tahu akan tujuan hidup, barulah dapat dikatakan ia mampu mengurus diri sendiri.
Setelah itu tidak hanya berhenti pada urusan diri sendiri. Menjadi orangtua berarti memiliki pasangan, dan pasangan yang dimiliki sepatutnya juga dapat mengurus diri sendiri. Alangkah indahnya jika sebagai ayah dan ibu yang telah mampu mengenal diri masing-masing, sama-sama belajar mengenal satu sama lain secara matang, dan ketika mereka memiliki anak, anak tersebut dapat diajarkan akan pengenalan diri yang baik. Setelah itu, anak juga diajarkan bagaimana berelasi dengan orang lain karena sang orangtua telah berhasil dalam berhubungan dengan orang lain (yaitu pasangannya) secara sehat.
Dua hal penting ini - yakni pengenalan akan diri sendiri dan hubungan dengan orang lain -dapat membuat anak tersebut tumbuh menjadi anak yang sehat secara mental dan kemungkinan besar akan terbebas dari berbagai gangguan psikologis. Tidak banyak orangtua yang menyadari pentingnya pemantapan akan diri sendiri dan menjalin hubungan yang matang dengan pasangan sebelum mereka memiliki anak. Hal ini membuat kasus-kasus kenakalan remaja, penyimpangan sosial, kejahatan seksual, dsb marak terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu, bagi siapapun yang kelak hendak memiliki anak, mulailah bertanya dalam hati: telah siapkah saya menjadi orangtua?
Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, Ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh percaya. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Comments